Pesona yang Berbeda dari Alam Desa-desa di Danau Toba

Pesona yang Berbeda dari Alam Desa-desa di Danau Toba

Bagi sebagian besar wisatawan, memandangi pesona biru permukaan Danau Toba mungkin kerap dilakukan. Namun, bagaimana dengan anugerah alam yang terdapat di bawah permukaan danau Toba itu sendiri? Tentu saja jangan sampai terlewatkan. Ternyata, Danau Toba memiliki kekayaan hayati yang dapat memenuhi pangan masyarakat sekitar maupun meningkatkan ekonomi setempat karena dapat diperdagangkan.

Seperti yang dituturkan seorang nelayan bernama Bu Elfrida. Sembari bekerja di atas sampan, beliau berbagi cerita perihal hasil ikan dan lobster yang didapatnya. Di Desa Sibaganding ini, dikatakan bahwa sebagian besar mata pencaharian warganya adalah nelayan. Per harinya, tiap nelayan dapat menangkap 1-5 kg. lobster yang biasanya dijual ke restoran seafood dengan harga Rp 85.000/kg. Cara penangkapannya pun tidak menggunakan alat-alat yang dapat merusak lingkungan.

Menurutnya, lobster Danau Toba ini tak hanya memperkaya kuliner setempat melainkan juga banyak disukai wisatawan.

Selanjutnya, hamparan perkebunan kopi di Desa Simalungun juga mencuri perhatian. Kopi yang ditanam bukan sembarang kopi. Pak Sunggu Manik, salah satu petani kopi sekaligus pemilik kebun kopi di desa ini bahkan bercerita, bahwa beberapa waktu lalu, dirinya bersama para petani kopi di desanya terpilih mendapatkan pelatihan pengolahan kopi. Pihak yang mengadakan seminar ini juga tak sembarangan. Mereka datang dari perusahaan coffee shop ternama kelas internasional. Para petani kopi Simalungun memiliki kesempatan berharga seperti ini dikarenakan biji kopi Arabica yang dihasilkan memang berkualitas. Salah satu alasannya barangkali karena tanaman kopi berada di ketinggian 1000 meter.

Kopi-kopi ini dipanen seminggu sekali dengan jumlah mencapai 15 kg. Biasanya, pada April dan Agustus atau sekitar Oktober dan November. Memang pada akhirnya tergantung dengan kapan datangnya hujan. Hari panen kopi biasanya adalah hari Rabu atau Kamis. Kopi digiling pada hari Kamis dan dijemur pada hari Jumat. Hari Sabtu kopi dijual ke pasar. Harganya dalam bentuk biji sekitar Rp 11.000/kg. Lalu, jika dijual dalam bentuk gabah, kurang lebih Rp 30.000/kg. Produk kopi paling menguntungkan jika dijual dalam kondisi sudah digiling. Jika memang sudah siap minum begini, harganya berkisar Rp 300.000/kg.